Label

Sabtu, 30 April 2011

14 tips memperbaiki/improve foto landscape anda

Mungkin tips-tips ini ada yang terkesan kuno, oldies dan kurang "revolutionized" tapi mungkin ini adalah tips-tips dasar yang bisa dipergunakan sepanjang masa, terutama bagi yang ingin memulai mendalami landscape Photography. Dari tips-tips dibawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti Rule of Third, Hyperfocal distance, dll yang hanya dijelaskan singkat krn bisa menjadi satu topik sendiri.

1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)

Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah "tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon". Konsep dasar teori "oldies" ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.

Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang "optimal" sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.





2. Gunakan tripod dan cable release

akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.




3. Carilah Focal point atau titik focus

Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang "baik" mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata "wandering" tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.

Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan "oldies" Rule of Third bermain.



4.  Carilah Foreground (FG)

Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan "sukses" tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat "sense of scale" dr foto landscape kita.

5. Pilih langit atau daratan

Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.

Komposisi dgn menggunakan prisip "oldies" Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.

Tentu saja hukum "Rule of Third" bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.

6.  Carilah Garis/Lines/Pattern

Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.

7. Capture moment & movement

Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape.

8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca

Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.

Selain kesabaran dalam "menunggu" moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.

9. Golden Hours & Blue hours

Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana "golden light" atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.

Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.

Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.

Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat. Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.

10. Cek Horizon

Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan "get it right the first time" akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus

- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.

Contoh foto dibawah adalah salah satu dr foto yang saya ambil amannya (save) untuk posisi horizon pada saat eksekusi. Oleh krn itu horizon saya letakkan pas ditengah saja, dgn harapan pada saat itu, saya bisa melakukan cropping nantinya (baik dicrop bagian atas atau pun bagian bawah).

11. Ubah sudut pandang/angle/view anda

Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi "latah" dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya "eye-level angle" (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.

Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah... tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.

Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan "move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses".

Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi "sejuta umat" dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.

Kalau tidak keberatan tiduran sejenak di aspal.

Kalau tidak keberatan sejenak mempertaruhkan nyawa dgn berdiri dan memasang tripod tanpa harness di tebing miring curam tanpa pagar pengaman dgn lautan Pacifik ada 200m dibawah .


12. Pergunakan peralatan bantu

Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon


Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya "get it right the first time" akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak "baik".
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.

Contoh foto penggunaan grad ND

13. Lensa yang dipergunakan

Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm - 35m), medium, (50mm - 85mm), hingga tele/super tele (100mm - 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.

Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg "bagus" walau memang berbeda.

Contoh foto landscape dgn lensa 200mm


Contoh Foto Landscape Dengan Lensa Fish-Eye
14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan

Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.

Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.

Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.

Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.

Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.

Untuk kiat-kiat melindungi peralatan/gear anda:

  • _ Simpanlah peralatan kamera anda dalam tasnya jika tidak dipergunakan. Beli dan pergunakanlah padlock/gembok dgn kualitas yang cukup baik untuk menguncinya.
  • _ Jika anda menginap diasuatu hotel/ motel/ hostel, jangan tinggalkan peralatan anda tergeletak diatas meja atau di atas tempat tidur jika meninggalkan kamar, walau hanya sebentar, misal untuk keluar makan. Masukkan kembali kedalam tas dan kuncilah.
  • _ Jika anda menginap di suatu cottage (biasanya didaerah pantai) atau hotel dengan kamar dilantai dasar, dengan jendela yang dapat terbuka, jangan meletakkan tas anda dekat jendela, baik saat meninggalkan kamar atau pada saat anda tidur. Tas dapat dengan mudah di “kail/pancing” dari luar.
  • _ Untuk peralatan lain seperti laptop, gunakan pengaman laptop , seperti kabel pengaman laptop (Notebook lock) buatan Kensington, jenis Microsaver, yang dapat di ikatkan/ dilingkarkan ke suatu benda yang fix/ tetap seperti meja kayu, atau tiang besi.
  • _ Pengalaman saya di negara2 dunia ketiga (bukan Indonesia), tidak bijaksana untuk membawa backpack kamera anda untuk memotret. Biasanya yang saya lakuakan adalah saya menggunakan kamera bag hanya untuk media transportasi peralatan saya, missal dari satu kota/tempat ke tempat yang lain. Untuk hunting saya mempergunakan kamer a bag yang lebih kecil atau kamera holder seperti  Toploader/Topload. Kadang2 didaerah yang rawan, adanya kamera backpack dipunggung anda hanya mengiklankan dan mengundang orang2 jahat.
  • _ Jika anda terpaksa harus meninggalkan seluruh atau sebagian peralatan anda dalam tas backpack, baik dikamar hotel atau mobil, selain dikunci gembok/padlock, gunakan jaring besi pengaman seperti Pacsafe yang sangat kuat melindungi keseluruhan backpack anda dengan prinsip kerja yang sama seperti pelindung laptop yaitu dengan dikaitkan/lingkarkan kesuatu benda yang fix seperti tiang besi, kursi mobil, kayu tempat tidur atau meja.
  • _ Sangat penting untuk mengetahui informasi tentang keadaan sekitar suatu tempat tujuan dari orang-orang setempat, baik tentang cara menuju kesana, situasi keamanan atau daerah yang harus dihindari, misalnya dari resepsionis, penjaga pintu/doorman, dll. Sering bertanya, sehingga multiple source adalah lebih berguna dari single source.
  • _ Jangan malas-malas, untuk sering-sering melakukan check-count/list atas semua peralatan yang dibawa, misalnya setiap malam sebelum tidur, sambil bersih2 peralatan/lensa. Jadi kalau ada satu item yang hilang dapat diketahui lebih awal… bukannya pada akhir perjalanan setelah tiba dirumah atau meninggalkan tempat tersebut.

(Credit To: Yadi Yasin)

Tehnik membuat foto still life

Tehnik
Membuat foto
Still Life




   

    Sudah tidak umum lagi kategori still life bagi setiap orang yang menggeluti bidang fotografi.
Dari sekian banyak kategori fotografi,still life ini umumnya seringkali kita jumpai.Berbagai
tempat makanan dan minuman sudah pasti anda akan temukan foto produk makanannya yang biasa
dikategorikan foto still life dalam bahasa fotografi.

    Dari sekian banyak kategori foto,still life adalah salah satu dari kategori foto yang
cenderung dibuat dengan konsep dan lighting yang matang untuk mempercantik tampilan dan kesan
yang disajikan.

    Splash atau biasa kita sebut cipratan yang dibuat dan di konsep oleh fotografer itu sendiri,
foto ini unik menurut saya,karena setiap saya membuat konsep walaupun sama akan tetapi hasilnya selalu
berbeda antara foto pertama,kedua,ketiga dan seterusnya.Penuh dengan teka-teki.perhitungan,konsentrasi,
dan tidak s dalam membuat satu karya saja.ada dua tehnik yaitu dengan cara mencelupkan benda keras dan
menarik dengan benang.dengan beberapa kombinasi komposisi menjadikan sebuah keunikan.


    Intinya untuk membuat karya foto seperti ini sebetulnya gampang-gampang susah,tergantung itu
tadi,bagaimana anda menyikapinya.Yang jelas anda diharuskan mengerti perangkat lunak,pengolahan foto
seperti Adobe Photoshop untuk tahap akhir membuat foto ini.

BRIKUT CARANYA

















Peralatan :

-Kamera
-Eksternal Flash
-Diffuser (Untuk Eksternal Flash)
-Gelas (Kaca)
-Pewarna Kue
-Air Keran
-Lakban
-Lembar Kertas Gloria Ukuran A0
-Meja
-Kain Lap (Kanebo)
-Potongan Buah (benda keras)
-Asisten untuk membantu potongan buah (benda keras)

Data exif :                                           

Camera : Canon EOS 450D               
Lensa : 18-55mm IS                           
Iso : 100                                             
Aperture : f/16                                    
Speed : 1/125                                    
WB : Auto               
Metering : Spot
Mode : M
Focal Lenght : 50mm
Developer : Adobe Photoshop CS4

Editing PSCS4 :

-Clone Stamp
-Level
-Desaturate
-Local Channel
-Add Layer Mask

Selamat Mencoba
(Credit To:Ahmad Hariyanto)

Sunset Dikutub Utara.Matahari Dibawah Bulang

Subhanallah. Menakjubkan!

Inilah senja di Kutub Utara dengan bulan di titik terdekatnya pekan lalu.

Sebuah moment yang Anda mungkin tidak akan pernah bisa lihat sekali seumur hidup, sejenak menikmati kekuasaan Tuhan di Kutub Utara.

Terlihat bahwa matahari di bawah bulan.
Sebuah foto menakjubkan dan tak mudah dibuat untuk yang keduakalinya.

Anda mungkin ingin untuk menyebarkannya kepada orang lain sehingga mereka dapat menikmatinya.

Brikut gambarnya 


Indah Sekali bukan :)

Minggu, 24 April 2011

Morrissey Telah Selesai Tulis Buku Otobiografi Dirinya




Jakarta - Mantan vokalis dan penulis lagu The Smiths yang juga sukses dengan solo karirnya sejak akhir 80an, Morrissey, baru-baru ini mengabarkan bahwa buku otobiografinya telah selesai ia tulis. Namun buku itu rencananya baru akan diterbitkan tahun depan.



Dalam wawancaranya dengan BBC Radio 4 baru-baru ini yang dilansir oleh NME, Morrissey menjelaskan sudah sejauh apa perkembangan terakhir dari buku tersebut. “Yah, saya telah mencapai tahap penyusunan ulang dan pemangkasan,” katanya.

Morrissey kemudian menambahkan bahwa saat ini buku otobiografinya mencapai 660 halaman. Dan ia berpikir bahwa halaman sebanyak itu terlalu banyak untuk dibaca orang nantinya.





“Aku hanya ingin tahu apakah 660 halaman terlalu banyak untuk ditanggung oleh orang-orang. Dan saya kemudian duduk dan berpikir, ya, apakah enam halaman juga terlalu banyak buat orang-orang? Saya benar-benar tidak tahu. Maka saya sekarang memangkasnya,” ujar penyanyi yang juga dijuluki Moz ini.




Morrissey belum memastikan penerbitan mana yang akan menerbitkan otobiografinya. Namun, ia berharap bukunya bisa dirilis sebagai serial Penguin Classics.




Ini memang bukan kali pertama penyanyi Inggris legendaris itu menulis buku. Pada 1981, Morrissey pernah menerbitkan buku berjudul The New York Dolls, dua tahun kemudian bukunya James Dean is Not Dead juga terbit, dan Exit Smiling yang ia tulis pada 1980—namun kemudian ditolak—diterbitkan pada 1998.




Dalam wawancara itu juga, Morrisey ditanya mengenai kemungkinan reuni The Smiths dan ia langsung menampiknya. “Itu tidak akan terjadi. Tidak. Saya pikir tidak,” katanya.

Namun, ia memastikan bahwa dirinya tidak akan pensiun sebagai penyanyi. “Mungkin saya hanya akan melakukannya seperti para penyanyi blues tua dan mati di panggung Chicago,” tandas Morrissey.


dicopas dari blog Dian Rosita

VECTORIZING ROBOTIC

DAFT PUNK


Iseng" Bikin Vektor.sebenernya sih ga iseng juga bikin beginian,alias buat nanti tugas uas bikin vector,ya jadilah seperti ini masih jelek sih,masih perlu banyak latihan